Rabu, 10 November 2010

Testimoni Survivor Jugun Ianfu Indonesia - "Yang Saya Inginkan Permintaan Maaf Dari Jepang"

Catatan Redaksi: Kehadiran Ibu Sri Sukanti di hadapan peserta seminar sehari tentang Jugun Ianfu, Romusha dan Sejarah Kelam Militerisme di Indonesia Senin 25 Oktober lalu, sempat mengejutkan sekitar 65 orang peserta seminar yang hadir di Hotel Santika, Slipi, Jakarta. Kesaksiannya yang singkat namun penuh emosi tersebut membuktikan betapa kekejaman penjajahan Jepang di Indonesia pada 1942-1945, utamanya lewat kebijakan paksa bagi para perempuan Indonesia untuk menjadi budak sex tentara Jepang memang nyata adanya. Berikut penuturan dan testimonya:

Saya berasal dari Purwodadi. Waktu itu saya masih kecil dan masih sekolah. Waktu saya diambil paksa dari orang tua saya. Kalau saya tidak menurut orang tua saya akan dipenggal kepalanya. Bapak saya sudah diancam pedang di lehernya. Kami terdiri dari 12 orang saudara.Selama menjadi Ianfu, saya diperlakukan seperti binatang oleh tentara Jepang. Saya diperlakukan seperti kuda. Setelah merdeka hingga sekarang saya sangat sedih karena tidak pernah ada perhatian dan solidaritas dari masyarakat maupun negara kepada saya yang telah menjadi korban kekejaman tentara Jepang.

Setelah Jepang pergi, saya menikah. Suami saya seorang tukang batu. Dari perkawinan itu saya tidak dikaruniai anak. Mungkin karena waktu menjadi Ianfu saya disuntik oleh tentara Jepang. Kalo tidak salah 16 kali saya disuntik. Dan kalo saya inget suntikan itu sedih saya. Sakit sekali. Pokoknya saya ini merasa hancur.

Orang tua saya adalah seorang ulama, kiai. Waktu itu saya dibawa oleh tentara Jepang namanya Tuan Kagawa. Oleh Kagawa, Saya dimandikan sampai bersih. Setelah itu saya dibawa ke ranjang. Saya diperlakukan dengan sangat kejam. Yang saya sayangkan setelah perlakuan itu sampe sekarang tidak ada perhatian baik dari pemerintah ataupun Jepang. Yang saya inginkan adalah permintaan maaf dari Jepang.

Saat ini saya tinggal di Salatiga tapi asal daerah saya Purwodadi. Sekali lagi saya minta ini menjadi perhatian semua. Terimakasih.

Penulis : Tim Global Future Institute

Tidak ada komentar:

Posting Komentar