Rabu, 10 November 2010

Kekejaman Penjajahan Jepang Sangat Luar Biasa

Ki Utomo Darmaji, Adik Kandung Pahlawan Nasional Supriyadi turut memberikan sambutan pada seminar sehari yang diselenggarakan Global Future Institute (GFI) pada Senin, 25 Oktober 2010 di Hotel Santika. Berikut isi sambutan Ki Utomo Darmaji:

Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Hendrajit dan Globat Future Institute yang telah mengundang kami untuk hadir dalam acara ini. Dalam kesempatan ini kami akan menceritakan apa yang pernah kami alami bahwa kami, saya, kakak, ayah, ibu dan adik yang waktu itu masih kecil-kecil terpaksa harus masuk dalam tahanan semua sejak Februari 1945 hingga proklamasi kemerdekaan. Bahkan ayah baru keluar tanggal 25 Agustus 1945.
Saya mengalami sendiri bagaimana masa pemerintahan militer Jepang saat itu dan sepak terjang Kempetei (Polisi Militer Jepang) terutama terhadap keluarga kami akibat pemberontakan yang dilakukan oleh kakak kami.

Kakak kami itu melakukan pemberontakan karena tidak kuat menyaksikan penderitaan rakyat yang dijadikan Romusha untuk membuat kubu-kubu pertahanan di Laut Selatan dengan kondisi yang sangat menderita sekali. Pakaiannya hanya dari karung goni dan persediaan makanan yang seadanya.

Dalam PETA (Pasukan Pembela Tanah Air) Daidan itu tidak ada hubungan dengan pemerintah. Pusatnya juga tidak ada. PETA juga masih dicurigai oleh Jepang. Karena PETA dibentuk oleh bapak-bapak pejuang kemerdeaan Indonesia. Sedangkan HEIHO adalah paramiliternya Jepang. PETA dibentuk oleh para pejuang sebagai persiapan kalau nanti Indonesia merdeka dan dia cikal bakal TNI.

Waktu itu karena umur saya sudah agak besar saya yang mendapat tugas untuk mnegambil makanan. Kesengsaraan kami waktu itu hanya mendapat jatah makan sehari dua kali berupa tepung bulgur yang ditakar satu gril itu ukuran yang sangat sedikit sekali.

Soal jugun Ianfu, kebetulan tahun 1972 kami mempunyai kesempatan ikut ke pulau Buru bersama Pangkokamtib(Panglima Pemulihan Keamanan dan Ketertiban) Jenderal Sumitro. Waktu itu kami menyaksikan tahanan  yang kebetulan saya bicara dengan tahanan yang saya kenal dan dikatakan bahwa di Pulau Buru itu itu juga terdapat Jugun Ianfu yang tinggal di Buru barat, dan saya lihat sendiri bahwa mereka sebetulnya bukan orang asli sana. Karena wajahnya itu cantik-cantik.

Saat saya tanyakan pada mereka, mereka bilang bahwa sebenarnya mereka berada di sana dikirim sebagai juru rawat tapi kemudian dijadikan Jugun Ianfu, seperti sekarang prostitusi oleh Jepang. Saya mendapat kesempatan bertemu dengan mereka yang menjadi korban sebagai Jugun Ianfu. Waktu itu mereka bilang bahwa mereka bukan asli sana tapi dari Jawa. Setelah Jepang kalah dan Indonesia merdeka, mereka tidak ingin kembali ke daerah asal. Alasannya ketika ditanya mengapa mereka tidak mau pulang ke Jawa, mereka merasa malu.

Sebagai pejuang dan mantan tentara, saya katakan bahwa kekejaman penjajahan yang dilakukan oleh tentara Jepang itu sangat luar biasa. Namun demikian ada juga keuntungannya. Walau kita dijajah oleh Jepang selama 3,5 tahun yang luar biasa kejamnya, tapi kita juga dapat pengalaman militer. Dibandingkan jaman Belanda, kita tidak pernah dilatih untuk perang.

Letnan Jenderal Sudirman pernah berkata, kita pernah dijajah oleh Belanda dan Jepang. Jaman belanda dulu walau menjajah tapi soal administrasi soal perkebunan, dikelola dengan baik. Mereka mengambil hasilnya. Sementara waktu dijajah oleh Jepang, semangat Bushidonya atau semangat samurai dan nasionalismenya itu malah tidak ditiru. Yang ditiru itu malah wataknya yang memukuli rakyat.

Namun sebagai pejuang saya ingin katakan bahwa kalau kita tidak dijajah oleh Jepang, mungkin kita tidak akan merdeka.

Sekian terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar